Salam Rimba 07 - 13

     Beberapa puluh juta tahun yang lalu, ada Dinosaurus yang pernah menghuni bumi kita. Suatu komunitas yang besar, bukan hanya dari segi keragaman, tetapi juga kuantitas dan ukuran fisik beberapa kelompok individunya. Selanjutnya di hari ini, era itu hanyalah tertinggal sebagai satu jejak sejarah tentang hidup yang pernah berdendang di alunan simphoni alam.
     Di era hari ini, era dimana peradaban berkembang begitu pesatnya, selalu ada kekuatiran tentang kelanjutan kehidupan di bumi. Manusia begitu kuatirnya, tentu saja dengan dukungan bertumpuk-tumpuk data ilmiah, perbandingan-perbandingan, prediksi-prediksi dan seterusnya. Kehebohan demo, teriakan kuatir yang dibalut benci, tatapan sinis yang jijik, menjadi benar dan sangat patur dialamatkan kepada mereka yang di telah diberi label perusak lingkungan. Bumi harus diselamatkan, karena ini adalah pinjaman dari generasi yang akan datang.
     Begitu mulia sebenarnya, dan memang seperti itulah yang berlangsung di luar kesadaran. Manusia yang mengatasnamakan kelestarian hidup bumi, menutupi kekuatirannya yang lebih besar akan kelangsungan spesiesnya sendiri. Mungkin tidak terlalu tepat juga, karena sebenarnya didalam rekam DNA spesies manusia itu, ada jejak kehidupan sejak 4,5 milyar tahun yang lalu. Itu artinya, kehidupan spesies manusia adalah warisan yang mampu bertahan melanjutkan kehidupan melalui rentang waktu yang begitu panjang.
     Lalu apa sebenarnya yang dikuatirkan tentang masa depan bumi, bila jejak DNA kita sudah begitu handal bisa survive selama 4,5 milyar tahun? Bila membaca catatan yang terbawa di dalam gen sepesies ini, sebenarnya tidak ada yang perlu dikuatirkan. Manusia yang mengembangkan hedonisme, sebenarnya hanya kuatir untuk 'sedikit' lebih menderita bila harus melakukan adaptasi ketika terjadi anomali kondisi ekosistem. Kehidupan hedon telah memanjakan spesies itu, meletakkannya di zona nyaman yang terasing dan anti penyesuaian.
     Cinta kepada alam yang menjadi pemanis di bibir, mungkin hanya sebagian dari kamuflase untuk menyamarkan fakta yang sebenarnya. Mencintai diri dengan syahwat oportunis pragmatis, disembunyikan dengan rapi di belakang koar-koar peduli lingkungan dan bumi, demi zona nyaman yang begitu memanjakan.

0 Response to "Salam Rimba 07 - 13"

Posting Komentar