Opini 08 - 11
Mestinya tidak perlu ditanyakan, karena jawabannya sudah pasti. Namun maafkan saya, karena tidak menemukan kata pembuka untuk gagasan ini. Bagaimanapun, evaluasi adalah kata akrab untuk kalangan terdidik, bahkan sejak dari usia yang sangat dini. Dengan kata lain, bahwa tradisi evaluasi adalah tradisi yang telah dilekatkan di setiap jenjang pendidikan, apalagi bila sampai ke tingkat pendidikan tinggi. Meski begitu, bukan berarti proses evaluasi hanya untuk kalangan terdidik dan berpendidikan tinggi saja, karena banyak orang dengan pendidikan formal seadanya, justru mampu melakukan evaluasi dengan sangat baik di dalam proses manajemennya.
Proses manajemen, untuk satu siklus proses menuju hasil, maka evaluasi adalah bagian mutlak yang tidak bisa ditawar. Secara sederhana, kita melakukan perencanaan =>Plan, selanjutnya melaksanakan perencanaa tersebut =>Do, memeriksa hasilnya =>Check (bagian inilah evaluasi) yang dilanjutkan dengan pengambilan keputusan berdasarkan hasil evaluasi =>Action.
Saya akan fokuskan pembahasan pada urusan evaluasi saja.
Dua komponen penting yang mutlak menjadi tolak ukur evaluasi adalah:
1) Adanya kuantitas (jumlah, omzet, atau apa saja) yang terkait langsung dengan kualitas yang ditetapkan dan
2) Adanya waktu (rentang masa yang dibutuhkan merealisasikan point pertama tadi).
Contoh mudahnya begini.
Anda diminta membuat jalan untuk pacuan kuda (kualitas) sepanjang 5 kilemeter dengan lebar 3 meter (ini adalah kuantitas) selama 90 hari (limit waktu). Nah setelah ada order seperti itu, maka Anda kemudian menyusun rencana sebagai berikut.:
* 30 hari pertama, menyelesaikan 2 kilometer.
* 30 hari kedua (hari ke 31 - hari ke 60), menyelesaikan 2 kilometer lagi
* dan 15 hari terakhir (hari 61 - 75) menyelesaikan sisanya. Ada 15 hari untuk berjaga-jaga seandainya di dalam pelaksanaan, terjadi hal-hal yang tidak terduga.
Selanjutnya, langsung saja ke bagian evaluasi, di hari 30, Anda melakukan evaluasi. Hasilnya tentu saja ada tiga kemungkinan. Pertama adalah, Anda berhasil sesuai target, kedua adalah lebih sedikit dari target (tidak cukup 2 km) dan ketiga, adalah melebih target (lebih 2 km).
Di sinilah evaluasi itu menjadi penting, karena keputusan selanjutnya akan berbeda, untuk 3 kondisi di atas. Bila ternyata pencapaian kurang, maka banyak kemungkinan rencana baru yang akan disusun untuk mengejar target di periode waktu berikutnya. Begitu juga bila hasilnya plus, bisa dipastikan akan merubah target capaian akhir.
Dengan penjelasan di atas, saya rasa sudah sangat jelas, bagaimana pentingnya evaluasi, di dalam menakar dua komponen pentingnya. Dan pastinya, seperti di awal tulisan ini, mengapa hal seperti ini yang dijelaskan.? Ya iyalah, karena sudah terlalu jelas.
Dengan segala kerendahan hati, saya sampaikan fakta bahwa di beberapa tahun terakhir ini, di Korpala tidak pernah melakukan evaluasi untuk kegiatan yang direncanakan, entah itu kegiatan berskala kecil maupun besar, seperti yang saya gambarkan di atas.
Pertemuan-pertemuan yang diberi label evaluasi, tidak pernah menakar dengan akurat masalah yang dievaluasi. Kadang kita kehilangan komponen waktu, kadang juga kehilangan komponen kuantitas-kualitas.. dan maaf sekali, kita bahkan sangat sering kehilangan kedua komponen tersebut.
Lalu, dengan hilangnya komponen-komponen tersebut, masihkah pertemuan berlabel evaluasi itu layak dikatakan atau dimaklumi sebagai suatu kegiatan evaluasi.?
Menata muatan materi Pendidikan Khusus, lalu mengimplementasikan secara konsisten menjadi suatu keniscayaan di saat-saat ini. Tentu saja menambah tata letak beberapa kalimat dalam anggaran rumah tangga menjadi sesuatu yang tidak terhindarkan, dan menjadi tanggung jawab setiap kita.
salam hangat dari D4.
k-058
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 Response to "Evaluasi, Perlukah?"
Posting Komentar