Puisi 12 - 12

di puncak-puncak tinggi itu
cinta memahat harap dan kecemasan
menggelitik adrenalin yang lena
berpacu menuju limit


di kabut tipis yang melayang rendah
sebaris, sebait lalu selaksa janji terserak liar
membelai lembut setiap pucuk di ladang bawang
untuk sang kabut atau sang janji
setiap harap dan cemas itu


di sejengkal pijakan yang lebih tinggi itu
tidak ada pilihan untuk menjadi munafik
meski sehembus nafas itu hanya debu cosmik
namun masih terlalu mulia untuk bertahan
hanya untuk sekadar sepotong oportunisme
di dalam lakon syahwat egoisme


di sini
dari telapak yang jejaknya hampir selalu samar
hanya sekeping cinta yang selalu menyertai
menyapa alam
untuk metamorfosa menuju gerbang-Nya
adakah cinta itu masih cinta yang layak
untuk dia yang maha tercinta


di tanah lembanna
setiap pucuk di ladang bawang itu
adalah cintaNya


hero fitrianto
photo : sunrise at Annapurna by Colman Li published National Geographic

2 Responses to "Puisi 12 - 12"

  1. dari sekian banyak tanaman,tanaman daun bawang unik saja kurasa
    pucuk = tunas (daun yang baru muncul, masih sangat muda, lembut dan pasti rapuh)
    dari pucuk2 yang rapuh itu, itu adalah simbol, dan juga hasil kreasi cinta dari Tuhan
    sementara kita, hanya menggenggam sekeping cinta
    jadi di situ ada pembandingan kuantitas, sekaligus kualitas cinta antara manusia dan Tuhan
    manusia mestinya menutup pintu untuk memilih menjadi munafik
    itulah mengapa ia bertanya, apakah cinta yang akan dipersembahkan nya kepada Tuhan, masih cukup layak, bila dicampur aduk dengan oportunisme, dengan nafsu ego dan syahwatnya

    kata- kata yg tak kan lekang oleh jaman kurasa, walau manusia berganti,dulu kini dan akan datang. tetap saja manusia akan mengalami ini
    pribadi yg akan di uji sampai akhir hayat

    BalasHapus