Salam Rimba 02 - 13

     Ada coklat di dalam bingkisan, ada bunga dan kartu-kartu harvest untuk ungkapan di saat-saat cinta menghangat. Setumpuk ekspresi, setumpuk simbol untuk mengaburkan kelemahan menyampaikan cinta apa adanya. Dengan simbol-simbol, ada ruang untuk membetulkan makna, ada ruang untuk berkelit dan ada waktu untuk bersiaga.
     Bisa jadi setiap simbol adalah pewakilan yang mutlak, pun bisa adalah pewakilan yang samar. Lalu setiap makna akan kembali ke dalam niat yang menyampaikan. Niat yang hanya diketahui pasti oleh pemiliknya, dan juga katanya oleh Tuhan. Dari sisi itulah, manakar niat menjadi domain yang sangat privat.
     Tetapi setiap ungkapan cinta itu adalah cermin kejiwaan para pencinta. Ada jiwa yang romantis, ada yang anarkis. Banyak yang oportunis, tidak sedikit yang hipokrit. Lalu ada cinta ala kadarnya, ada cinta yang paranoid. Seperti thesa Alexis Carrel, keragaman manusia sebanyak bilangan individu yang ada. Mungkin itulah mengapa setiap sidik jadi adalah unik, dan itulah mengapa setiap tatapan mata adalah spesifik.
     Lalu setiap individu bisa mengklaim diri sebagai pencinta alam, seperti klaim dasar hak hidup setiap manusia. Setiap hidup manusia adalah haknya, lalu mencintai adalah hak mutlak setelahnya, bagaimanapun cara mengekspresikannya.
     Cinta itu diekspresikan, kepada alam, dan kita adalah manusia.

0 Response to "Salam Rimba 02 - 13"

Posting Komentar