DINGIN
BENAR MALAM INI
Kami merasa sudah letih sekali
malam ini
Dan rindu pulang kembali
Rumah-rumah di sepanjang jalan
sudah tertutup rupanya
Sedangkan kami tidak pernah punya
kuncinya
Tinggal losmen-losmen yang kotor
dan murah
Dengan para perempuan buruk yang
tiap malam terjaga
Tapi kami tak pernah punya uang
untuk itu
Cukup menengok sekilas, menunduk
lalu
Lampu di jalanan yang selalu
menyala letih tapi setia
Bagai menggigil setiap kemarau
tiba
Di bawahnya kami saling menatap
wajah kami sendiri
Terbaca : kosong dan sepi
Selalu kalau kami ingin pulang
sebab merasa letih
Tak pernah tahu kemana mesti
pergi
Takkan kami hitung sejak kapan
mulai mengembara
Rumah-rumah sudah tutup, kami tak
punya kuncinya
Kemudian terdengar anjing
menyalak jauh sekali
Ketika kami lintasi jembatan kota
ini
Rasanya semakin dingin
tangan-tangannya yang keras
Kami berhenti sejenak ; angin
kemarau melintas
Terasa benar kini betapa hina
diri kami ini
Sudah rindu pulang tak punya anak
kunci
Kapan pula gerangan rumah-rumah
terbuka bagi kami
Tak lagi dingin dan sepi
Mereka yang berbahagialah nyenyak
tidur setiap letih tiba
Kami takkan mengetuk rumah mereka
untuk melepas lelah
Kami memang dilahirkan untuk
tidak istirahat
Kami pandang rembulan tua itu
sekali lagi
Lalu kami turuni jembatan kota
ini
Rasanya semakin dingin kehidupan
di bawahnya yang samar
Terpisah dari nasib baik yang
pijar
Kami merasa mengantuk sekali malam
ini
Dan ingin memejamkan hati
Tapi sudah genap tiga hari ini
kami berpuasa
Bagaimana bisa tidur, kalau
begini lapar rasanya
Kalaupun kami setiap pintu
terbuka di kota
Selalu saja sahutnya : tak ada,
yang lain saja
Kemudian kami remas rambut kami
sendiri yang hitam
Bukan sebab sakit hati atau
dendam
Selalu kami ingat tiap-tiap rumah
makan benderang
Nampak pipi orang-orang yang
selalu kenyang
Dan ketika terlihat wajah kami di
kaca toko terbaca : selalu tergesa tua
Kami letih sekali dan ingin tidur
malam ini
Tapi dingin serta laparnya begini
Takkan sampai hati kami mengetuk
rumahmu mengharap ulur tangan
Sebab tahu jarak kemerdekaan,
kegagalan, dan kemiskinan
Nur Fitriani Usdyana Attahmid
Gambar dari intofineart.com
0 Response to "Puisi 10 - 11"
Posting Komentar